ECO ENZYME

Tumpukan sampah di TPA Sampah Jl. Cilik Riwut Km. 14
SEKILAS TENTANG ECO-ENZYME.
Eco-Enzyme atau dalam bahasa Indonesia disebut ekoenzim (EE) dikembangkan oleh Dr. Rosukon Poompanvong, pendiri Asosiasi Pertanian Organik Thailand, yang melakukan penelitian sejak tahun 1980-an dan kemudian diperkenalkan secara lebih luas oleh Dr. Joean Oon, seorang peneliti Naturopathy dari Penang, Malaysia.
Pembuatan Eco Enzyme berlatar belakang, pertama 70% sampah yang dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah adalah sampah organik. Dimana sampah organik di TPA akan menimbulkan bau tidak sedap, mengurangi tingkat daur ulang plastik, serta memberi resiko terjadinya ledakan akibat gas metana. Dengan membuat Eco Enzyme, kita telah mengolah sebagian besar sampah kita dan mengurangi beban TPA.
Kedua, produk-produk yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari sebagian besar mengandung bahan kimia sintetis yang berbahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungan. Kemasan dari produk-produk tersebut juga mencemari lingkungan, karena hanya sebagian kecil saja yang didaur ulang.
Eco Enzyme adalah alternatif alami dari bahan kimia sintetis berbahaya di rumah. Dengan membuat Eco Enzyme, kita mengurangi produksi limbah kimia sintetis dan sampah plastik sisa kemasan produk rumah tangga pabrikan.
Dr. Ros membagikan ilmu dan penelitiannya tentang Eco-Enzyme selama 30 tahun secara cuma-cuma, dengan harapan agar semua orang tergerak untuk menyelamatkan Bumi.
Oleh karena manfaatnya yang luar biasa tersebut, hak cipta formula eco enzyme hasil penelitian DR. Rosukon Poompanvong diserahkan kepada Perserikaratan Bangsa-bangsa, agar dapat dimanfaatkan oleh segenap penduduk bumi dan tidak dimonopoli oleh perusahaan tertentu.
Tumpukan sampah menggunung di TPA
APA ITU ECO ENZYM?
Eco-Enzyme adalah cairan serba guna hasil fermentasi selama 90 hari dari:
1. Sisa buah dan sayuran (kulit buah, sisa sayuran, sisa gigitan kelelawar, buah afkir, buah memar, dll)
2. Gula (gula merah, molase), sebagai sumber makanan untuk enzym.
3. Air (air sumur, air keran, air hujan, air buangan AC, dll).
Bahan utama pembuatan Eco Enzym
KEISTIMEWAAN ECO-ENZYME
Larutan Eco-Enzyme mengandung banyak jenis enzim alami yang berasal dari buah dan sayuran, serta yang dihasilkan oleh mikroba. Setiap jenis enzim memiliki fungsi penting dalam suatu proses biokimia. Oleh karena itulah Eco-Enzyme memiliki banyak sekali manfaat di bidang kesehatan, pertanian, dan perbaikan kualitas lingkungan.
Disamping itu, pembuatan Eco-Enzyme tidak memerlukan lahan yang luas untuk proses fermentasi seperti pada proses pembuatan kompos. Pembuatan Eco-Enzyme sangat hemat dalam hal tempat pengolahan dan dapat diterapkan di rumah.
CARA MEMBUAT ECO ENZYME
Eco enzyme dibuat dari larutan gula, sisa buah/sayur yang tidak terpakai, dan air dengan perbandingan 1 : 3 : 10.
Gula yang bisa dipakai antara lain gula merah tebu, gula aren, gula kelapa, molase. Usahakan menggunakan gula merah tebu/gula merah aren/gula kelapa yang benar-benar murni, tanpa campuran apapun (bahan pengental/bahan pengawet).
Molase atau tetes tebu adalah produk sampingan dari proses pembuatan gula pasir, wujudnya berupa cairan kental berwarna coklat gelap.
Sisa buah yang tidak terpakai, gunakan bagian buah yang masih baik, seperti kulit buah, daging buah yang tidak bisa dimakan lagi tapi masih baik, tidak berulat dan tidak busuk.
Tidak disarankan untuk menggunakan buah/kulit buah yang bergetah, keras, dan berlemak/berminyak seperti buah alpokat, durian, nangka/cempedak, umbi-umbian.
Sisa sayur yang dapat digunakan antara lain, kulit wortel, kulit kentang, buah tomat, kacang panjang, batang/daun sawi dan sebagainya. Dengan catatan, maksimal bagian sayur yang dipakai maksimal 20% dari berat seluruh bahan organik yang digunakan.
Untuk air sebagi pelarut, bisa menggunakan air sumur, air isi ulang, air galon, air hujan, air buangan AC, air PAM. Khusus air PAM harus diendapkan dulu selama 24 jam dan diambil bagian atasnya saja.
Gunakan wadah berbahan plastik dan bermulut lebar, seperti tong plastik, toples plastik, kaleng bekas cat, galon bekas. Khusus galon bekas yang bermulut sempit, harus sering dibuka pada satu bulan pertama untuk membuang gas.
GAMBAR
PROSEDUR PEMBUATAN ECO ENZYME
PROSES PEMANENAN ECO ENZYME
Larutan eco enzym yang baik berwarna coklat, dan aroma asam yang segar. Warna dan aroma eco enzym sangat tergantung pada jenis bahan yang digunakan.
Eco enzyme bisa dipanen setelah berumur lebih 90 hari dari awal proses fermentasi, namun dapat juga dipanen lebih lama, eco enzym dipanen dengan cara disaring menggunakan saringan santan atau kain yang bersih, bisa juga disedot dengan menggunakan selang yang ujungnya diberi penyaring.
Eco enzyme yang sudah dipanen dimasukkan ke dalam botol plastik dan ditutup rapat, eco enzym yang sudah dipanen tidak ada tanggal kadaluarsa. Semakin lama disimpan, kualitas eco enzym akan semakin baik.
Eco enzyme yang sudah dipanen
Eco enzyme yang baik, ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut : pH di bawah 4,0, berbau asam segar, tidak terkontaminasi/tidak ada jamur jahat (kapang).
Sumber:
Modul Eco Enzyme Nusantara
Modul Eco Enzim Ngajaga Bumi
https://zerowaste.id/zero-waste-lifestyle/eco-enzyme/
Modul Eco Enzyme bisa dalam format pdf bisa diunduh melalui link:
Modul_Eco-Enzyme_Ngajaga_Bumi_Agustus_2020-compressed
Share This Post To :
Kembali ke Atas
Artikel Lainnya :
Kembali ke Atas